Daerah Dataran Tinggi
Ekosistem pada daerah dataran tinggi dibentuk oleh kondisi lingkungan yang ekstrem, antara lain suhu malam hari yang sangat rendah, intensitas sinar matahari yang tinggi pada siang hari namun disertai masa fotosintesa yang pendek, kabut tebal, curah hujan tinggi, serta kondisi tanah yang buruk. Tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut sifatnya sangat khusus karena harus bertahan untuk hidup pada kondisi sulit tersebut. Para ilmuwan internasional dan staf PTFI telah mengkaji ekologi dari ekosistem alpin di wilayah kerja kami, serta mengembangkan cara-cara handal untuk menghasilkan bibit jenis tanaman asli. Kajian-kajian yang pernah dilakukan hingga saat ini mencakup etnobotani, keanekaragaman hayati pada ekosistem sub-alpin dan alpin, pemanfaatan jenis-jenis asli tanaman lumut dan bakteri untuk strategi reklamasi perintis dan budi daya jaringan untuk pengembangbiakan jenis tanaman alpin asli. Walaupun daerah penimbunan overburden di sekitar tambang masih akan aktif hingga 10 tahun ke depan, kami memiliki komitmen untuk melakukan reklamasi atas lahan-lahan overburden yang tersedia setiap tahunnya saat tak lagi dimanfaatkan, dengan memantau kinerja berbagai teknik penanaman dan melakukan modifikasi program untuk meningkatkan hasil akhir. Hingga akhir 2005, lebih dari 10 hektar tanah terganggu pada tambang di daerah dataran tinggi yang berhasil dihijaukan kembali dalam rangka memenuhi komitmen PTFI kepada Pemerintah Indonesia. Sebagian besar lahan terganggu di daerah dataran tinggi masih dimanfaatkan secara aktif dan karenanya belum tersedia untuk keperluan penghijauan kembali.
Kajian-kajian intensif yang telah kami lakukan berhasil mengidentifikasi jenis-jenis tanaman dataran tinggi yang dapat tumbuh subur di atas lahan reklamasi, dan penelitian saat ini dilakukan dirancang untuk menemukan cara meningkatkan daya tahan spesies-spesies tersebut pada kondisi yang sulit. Titik berat penelitian yang dilakukan selama tahun 2005 adalah peran iklim setempat dalam pembentukan lumut serta suksesi alami yang cepat pada daerah penempatan akhir overburden. Adapun manfaat dari transplantasi diamati dari keberhasilan menumbuhkan tanaman alami yang dihasilkan dan/atau diperkenalkan lewat transplantasi pada daerah uji coba. Spesies-spesies asli Deschampsia klossii, Anaphalis helwigii dan berbagai herba asli terbukti dapat diprediksi dan memilih daya tahan sangat tinggi terhadap kondisi di Grasberg, serta mampu berkembang biak secara mandiri dan tumbuh dengan pesat di daerah tersebut.
Daerah Dataran Rendah
Di daerah dataran rendah, penelitian reklamasi telah berulangkali membuktikan keberhasilan spesies tanaman asli untuk melakukan kolonisasi secara pesat dan alami di atas tanah yang mengandung tailing. Tanah yang mengandung tailing sangat cocok untuk ditanami sejumlah tanaman pertanian apabila tanah tersebut diperbaiki dengan menambahkan karbon organik. Tujuan dari program reklamasi dan penghijauan kembali PTFI di daerah dataran rendah adalah untuk mengubah endapan tailing pada daerah pengendapan menjadi lahan pertanian atau dimanfaatkan sebagai lahan produktif lainnya, atau menumbuhkannya kembali dengan tanaman asli setelah kegiatan tambang berakhir. Hingga akhir tahun 2005, 138 spesies tumbuhan berhasil ditanam di atas tanah yang mengandung tailing. Beberapa spesies tanaman yang berhasil di uji coba hingga saat ini termasuk tanaman kacang-kacangan penutup tanah untuk dijadikan pakan ternak; pohon-pohon lokal seperti casuarina dan matoa; tanaman pertanian seperti nanas, melon, dan pisang; serta sayur mayur dan bijih-bijihan seperti cabai, ketimun, tomat, padi, buncis dan labu. Sejumlah besar spesies tanaman pangan dan buah-buahan tersebut berhasil dipanen pada tahun 2005.
Program pengambilan sampel PTFI yang cukup komprehensif memantau kondisi lingkungan pada daerah pengendapan tailing. Sebanyak 100 sampel dari 24 spesies varietas tanaman makanan dan buah-buahan dikumpulkan selama tahun itu untuk dianalisa terhadap penyerapan logam. Pengujian secara teliti yang dilakukan terhadap tanaman pangan dan buah-buahan tersebut tetap menunjukkan penyerapan logam ketat secara minimal dari mineral yang terkandung secara alami pada tailing, dan kadarnya masih berada jauh di bawah ambang batas maksimum yang ditetapkan menurut standar nasional maupun internasional untuk tanaman tersebut.
Rencana reklamasi kami disusun berdasarkan rencana kerja 5 tahun RKL-RPL PT Freeport Indonesia yang diajukan kepada Pemerintah Indonesia. Hingga akhir tahun 2005, sekitar 40 hektar lahan pengendapan tailing telah direklamasi. Hampir 900 pohon kelapa dari empat varietas Cocos nucifera yang berbeda ditanam di atas lahan tailing seluas 5 hektar. Upaya ini diikuti dengan penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah di atas lahan seluas kurang lebih 15 hektar yang berada di dalam daerah yang ditanami dengan Casuarina sp, Pometia pinnata dan pohon kelapa. Untuk mencegah terjadinya erosi, rumput Vetiver zizanoides ditanam pada tepi Sungai Ajkwa di atas lahan seluas kurang lebih 18 hektar. Pemantauan terhadap pertumbuhan pohon-pohon tersebut menunjukkan kemajuan yang sangat baik.
Pada sebuah proyek penelitian independen tentang suksesi alami dari tumbuh-tumbuhan di atas tailing, areal yang berada di luar daerah pengendapan sekarang namun pernah menerima tailing, ditemukan bahwa dalam kurun waktu hanya beberapa tahun, 264 spesies tanaman telah melakukan rekolonisasi secara alami dan kini tumbuh dengan baik. Aspek dari reklamasi tailing ini telah diamati dan dikaji selama bertahun-tahun oleh PTFI, akan tetapi konfirmasi resmi serta dokumentasi atas proses ini oleh ilmuwan independen menjadikan hal tersebut amat berarti.
Sebagian tailing berhasil lolos melalui Daerah Pengendapan Dimodifikasi. Sejumlah daratan baru yang terbentuk dari sedimen tersebut mengalami kolonisasi alami dengan adanya tanaman bakau. Dalam waktu beberapa tahun lalu, enam spesies tanaman bakau, 30 spesies kepiting dan udang, empat spesies siput dan beberapa spesies ikan serta Polychaetes (cacing) laut teridentifikasi dalam lahan kolonisasi bakau tersebut. Guna mempercepat proses suksesi primer pada lahan daratan yang baru terbentuk, PTFI telah memprakarsai sebuah program kolonisasi untuk mempercepat tanaman bakau. Selama tahun 2005 saja, hampir 70.000 pohon bakau telah ditanam. Pemantauan terhadap tingkat ketahanan dari bibit bakau tersebut menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan dan ketahanan bibit tersebut menyerupai tingkatan yang dilaporkan pada program percepatan kolonisasi lainnya di seluruh dunia sebagaimana diuraikan dalam berbagai pustaka ilmiah. Penelitian dilanjutkan untuk memperbaiki tingkat bibit yang bertahan hidup. Lahan rawa bakau merupakan bagian dari ekosistem asli, serta menjadi daerah pelindung warga pedalaman.
(Sumber www.ptfi.co.id)